Pertobatan air samadhi

Sebuah teks pertobatan yang di susun berdasarkan pengalaman spiritual pribadi Bhiksu Kerajaan Wu Da

Teks Pertobatan Air Samadhi ini ditulis oleh seorang Bhiksu Kerajaan yang bernama Wu Da pada masa Dinasti Tang. Wu Da ditahbiskan menjadi seorang sramanera pada usia 7 tahun dan pada usia 14 tahun, Beliau telah membabarkan Dharma kepada kaisar.

“Dengan berlindung kepada Ketiga Permata, kesalahan tak terukur akan musnah dan berkah yang tak terhingga akan datang, Tiga Permata juga dapat menuntun para praktisi terbebas dari penderitaan kelahiran dan kematian, serta mencapai kebahagiaan tertinggi dari pembebasan .”

Kisah

Pada suatu ketika saat Wu Da masih berusia belia, Ia datang ke sebuah vihara dan bertemu dengan seorang bhiksu yang terkena penyakit menjijikan. Ketika semua bhiksu di vihara tersebut menjauh dari bhiksu ini, Wu Da tetap tidak menjauh dan melayani bhiksu ini. Sebagai balasan, Bhiksu ini berkata pada Wu Da "Aku mennghargai kebaikanmu. Jika nanti engkau akan bertemu dengan kesulitan di masa mendatang, datanglah ke Gunung Jiu Long di daerah Peng, Provinsi Sichuan. Tempat di mana aku tinggal ditandai dengan dua pohon pinus. Nama-Ku adalah Kanaka."

Di masa mendatang, karena kebajikannya dan praktiknya, Bhiksu Wu Da diangkat menjadi seorang Bhiksu Kerajaan. Karena Ia menjadi terkenal, timbullah kesombongan dalam dirinya ketika membabarkan Dharma. Ketika ia ingin menaiki kursi tempat Ia akan membabarkan Dharma, kakinya terpentok ujung kursi dan tiba-tiba tumbuh tumor yang berbentuk seperti wajah manusia lengkap dengan mata, hidung, mulut, dan gigi. Bhiksu Wu Da merasakan sakit yang luar biasa dan tidak ada tabib yang mampu mengobatinya.

Suatu hari, Bhiksu Wu Da mengingat tentang apa yang Bhiksu Kanaka katakan padanya di masa lampau. Ia lalu pergi melewati gunung dan lembah untuk mencari Bhiksu Kanaka. Lalu, akhirnya Ia melihat dua pohon pinus dari kejauhan seperti yang dideskripsikan Bhiksu Kanaka. Ketika Ia datang, Ia disambut oleh Bhiksu Kanaka di depan gerbang vihara. Bhiksu Wu Da pun menceritakan kejadian yang menimpanya kepada Bhiksu Kanaka. Setelah mendengar ceritanya, Bhiksu Kanaka berkata bahwa tumor itu dapat dihilangkan dengan air di mata air esok hari.

Keesokan harinya, Bhiksu Wu Da dituntun oleh seorang anak kecil menuju mata air itu. Saat Ia hendak membersihkannya dengan air Samadhi itu, wajah pada tumornya berteriak dengan rasa marah: "Jangan basuh itu! Jangan basuh itu! Apakah engkau pernah membaca tentang kisah dari Dinasti Han Barat tentang Yuan Ang dan Cao Cuo?" Bhiksu Wu Da menjadb "Ya", lalu wajah itu berkata "Maka engkau pasti tahu bahwa Yuan Ang membunuh Cau Cuo dengan salah. Engkau adalah Yuan Ang dan aku adalah Cau Cuo pada masa itu. Engkau dengan salah menuduhku melakukan kesalahan di hadapan kaisar dan membuatku dihukum dengan berat. Aku telah mencoba untuk membalas dendam sejak waktu itu. Namun, Engkau adalah seorang bhiksu yang taat pada sila selama sepuluh kehidupan dan mendapatkan banyak perlindungan dari para pelindung Dharma. Aku sekarang telah mampu mendekatimu ketika kesombonganmu muncul saat mendapatkan perlakuan kusus dari kaisar. Sekarang, karena Kanaka, air ini akan melepaskan karma burukmu yang telah bertahan lama dan aku tidak akan mencari pembalasan lagi di masa mendatang."

Bhiksu Wu Da sangat ketakutan dan segera membasuh tumor itu. Ia lalu pingsan karena rasa sakit luar biasa yang menembus hingga tulang. Ketika ia bangun, wajah pada lututnya sudah hilang. Ia lalu kembali ke pohon pinus untuk berterima kasih pada Kanaka. Tetapi Ia bahkan tidak bisa melihat jejak dari tempat tinggal Kanaka.